Adsense

19 Jul 2007

Mewujudkan Cita-Cita yang Setinggi Langit

(Resensi ini pernah dimuat di cbn.net.id pada portal cybershopping-book review tahun 2004, kini saya mengarsipkannya pada blog saya)

Judul Buku : 2015 Kita Terkaya No. 5
Penulis : Ricky Sutanto
Penerbit : Yayasan Nusa Sejahtera
Tahun terbit : 2004, Maret, cetakan pertama
Tebal Buku : xix, 188 halaman

Siapapun boleh memimpikan Indonesia yang gemah-ripah, adil dan makmur seraya berusaha mewujudkannya. Ricky Sutanto seorang pengusaha sukses, 54 tahun, menuangkan gagasannya dalam bentuk sebuah buku kecil. Bagi sebagian orang mungkin ide dan gagasan beliau adalah mimpi jika memperpertimbangkan keadaan kita sekarang yang terpuruk. Mampukah 10 tahun lagi Indonesia menjadi negara terkaya No. 5? Layaknya seorang pelaku bisnis apalagi sering menjadi pionir, maka ide dan gagasan harus menjadi kenyataan.

Ricky Sutanto sengaja menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk cerita agar dapat dipahami semua kalangan, bahkan tukang becak sekalipun. Tentu saja gaya seperti ini tak disukai akademisi. Semua gagasan terwujud tanpa hambatan. Dalam kesempatan tertentu buku yang dicetak dengan kertas koran dibagikan secara gratis kepada masyarakat mungkin agar dapat mengapresiasi gagasan di dalamnya. Pemeran utama cerita adalah Satrio seorang pengusaha cemerlang, berhasil, dan dikagumi tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara.

Penahapan dilakukan untuk mencapai Indonesia makmur, sejahtera, bahkan terkaya nomor 5 di dunia tahun 2015 yaitu periode 2004-2005, 2006-2007, 2008-2009, hingga 2014-2015. Krisis yang kita alami diidentifikasi dan disederhanakan ke dalam tiga jenis yakni krisis ekonomi, krisis budaya, dan krisis politik. Kunci untuk mengatasi krisis-krisis tersebut tergantung pada sikap rakyat. Rakyat harus bersatu dan memilih kepala negara yang mampu membawa bangsa keluar dari kemelut.

Cerita bergulir dari tanggal 5 April 2004 saat pemilu legislatif. Pada bagaian pertama yang menarik adalah peningkatan kesejahteraan, alasannya dengan kesejahteraanlah baru bicara soal penegakan hukum. Tanpa adanya kesejahteraan hukum sulit ditegakkan. Satrio sebagai “perwujudan” Ricky Sutanto membuat konsep upah minimum untuk PNS, guru, TNI, dan Polri Rp 2 juta, sedangkan untuk pegawai swasta Rp 1,5 juta. Gagasan ini menarik biasanya pengusaha alergi dengan UMR apalagi besarnya dua kali UMR DKI Jakarta. Kalangan petani padi terangkat kesejahteraannya dengan ditentukannya harga dasar gabah kering Rp 3.500/kg. Begitu pula nelayan melalui program Jala Jaya.

Gagasan berikutnya adalah mengenai judi. Meskipun judi dilarang, tetapi tetap saja marak. Bahkan togel sangat merusak dan meninabobokan masyarakat kecil. Satrio menggagas judi dilokalisasi di Pulau Galang dan menyulapnya menjadi Vegasia Island Paradise (VIP) disertai dengan pariwisata yang terintegrasi. Ia ingin meniru Las Vegas, di sana judi hanya menyumbang pendapatan 25% sedangkan sebagian besar pendapatan dari pariwisata. Di luar VIP judi harus diberantas dengan tegas. Ide seperti ini pernah dilontarkan Gubernur Sutiyoso yakni lokalisasi judi di Kep. Seribu dan mendapat tentangan keras. Entah bagaimana nanti Satrio mewujudkannya. Dalam cerita VIP terwujud pada periode 2008-2009 dan diresmikan oleh Presiden Indonesia ke-6.

Gagasan lainnya lagi dari Satrio adalah mengarahkan Batam sebagai First Asean Economic Zone (FAEZ) sebagai perwujudan dari Nafta yang lamban. Jika ini berhasil dapat diikuti dengan Asean Economic Zone kedua di Subic atau tempat lainnya. Perkembangan selanjutnya adalah dibentuk dan diterapkannya Asean Law, Asean Currency, dan Asean Education. Dengan demikian Asean bisa bergandeng tangan dan mampu berkompetisi di era globalisasi.

Mengenai utang luar negeri kita sebesar USD 78 milyar, Satrio yakin sebenarnya bangsa kita mampu melunasinya dalam satu tahun. Dengan kurs Rp 8.500/USD dan hitungan sederhana maka setiap warga negara harus menyumbang Rp 8.500/hari dalam satu tahun. Dengan cara subsidi silang jika suatu perusahaan mempunyai 3000 karyawan dan setiap karyawan menyumbang Rp 3.500/hari dan sisanya oleh perusahaan Rp 5.000, maka dalam satu tahun terkumpul Rp 9,3 milyar. Jika semua perusahaan begini dalam tempo cepat utang terbayar lunas dan APBN terfokus pada pembangunan. Jika Satrio ditanya apakah semua gagasannya dapat diwujudkan? Jawabnya, “Jangan tanya bisa atau tidak bisa, tanyalah mau atau tidak mau.”
(Asep Suryana, tinggal di Bandung)


2 komentar:

  1. Wah sepertinya buku ini sangat menarik :)

    BalasHapus
  2. Iya Mas, salah satu yang dipikirkan oleh pengusaha ini adalah Jawa Barat punya Bandara Internasional di Padalarang. Insya Allah Jawa Barat akan punya di Kertajati-Majalengka. Sayang dukungan pemerintah pusat sebatas memberi ijin, tetapi Pemprop Jabar harus mencari investor sendiri termasuk untuk sarana pendukungnya seperti jalan tol ke/menuju bandara. Jadi .....sedikit sakit hatilah.

    BalasHapus