Judul : Nyukcruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi
Penulis : Saleh Danasasmita
Penerbit : Kiblat Buku Utama
Tahun Terbit : 2003, Nopember - Cetakan I
Tebal Buku : 148 halaman
Buku ini merupakan kumpulan tulisan Saleh Danasasmita (alm.) yang dimuat di berbagai majalah Sunda dalam kurun waktu 1960-1970-an. Isi buku ini juga dalam bahasa Sunda, tidak diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Bapak Saleh sangat menaruh perhatian pada sejarah dan kebudayaan Sunda, terutama segmen atau era kerajaan Sunda. Apalagi beliau tinggal lama di Bogor tempat banyak peninggalan kerajaan Sunda.
Mungkin juga yang menjadi dorongan lainnya untuk menulis segmen ini, karena dalam bunga rampai sejarah Indonesia sejarah Sund ditulis sangat singkat. Apalagi yang diajarkan di sekolah-sekolah, misalnya tiba-tiba saja disebutkan Pajajaran dikalahkan sewaktu direbutnya Sunda Kalapa oleh Fadhillah. Raja Wastu Kancana dan Sri Baduga yang jelas-jelas ada prasastinya tidak mendapat paparan yang memadai disbanding Ken Arok yang bahannya dari lontar Pararaton.
Pak Saleh berseloroh, “Jangan-jangan nanti sejarah Sunda (di Sekolah) sangat berubah, dari jaman Tarumanagara langsung ke jaman VOC. Bukan berubah mungkin, tetapi asal tertera saja oleh penulisnya yang tidak punya perhatian. Dari pada tidak sama sekali. Takut disebut tidak adil” (hal. 146).
Bab Pertama membahas arti Pakuan Pajajaran. Berbagai pendapat dari peneliti Belanda dan Indonesia disajikan terakhir ditutup dengnan hasil kajian Saleh sendiri. Dalam Bab Empat dirinci raja-raja setelah Pasunda-Bubat dan yang menarik adalah siapa raja Pajajaran yang gugur di Bubat. Ini akan menjadi mata rantai ke Bab Delapan yang membahas Siliwangi-Susuhunan Pajajaran.
Banyak orang yang menyangka raja yang gugur di Bubat adalah Siliwangi. Tetapi banyak pula yang menyangkal tak mungkin Siliwangi yang menjadi legenda Sunda adalah raja yang gugur di Bubat. Saleh berpendapat bahwa yang disebut Siliwangi adalah Sri Baduga atau Ratu Jayadewata yang menjadi Susuhunan Pajajaran tahun 1482-1521 M. Jauh setelah Peristiwa Bubat tahun 1357 M.
Bagi orang Sunda penting membaca buku ini meskipun berupa tulisan-tulisan lepas di berbagai Majalah. Memang tidak akan seperti membaca buku Sejarah Jawa Barat. Penerbit telah berusaha menghimpun dan menyusun sedemikian rupa. Terima kasih atas usaha-usaha menggali khasanan sejarah dan kebudayaan seperti ini.
Asep Suryana
Penulis : Saleh Danasasmita
Penerbit : Kiblat Buku Utama
Tahun Terbit : 2003, Nopember - Cetakan I
Tebal Buku : 148 halaman
Buku ini merupakan kumpulan tulisan Saleh Danasasmita (alm.) yang dimuat di berbagai majalah Sunda dalam kurun waktu 1960-1970-an. Isi buku ini juga dalam bahasa Sunda, tidak diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Bapak Saleh sangat menaruh perhatian pada sejarah dan kebudayaan Sunda, terutama segmen atau era kerajaan Sunda. Apalagi beliau tinggal lama di Bogor tempat banyak peninggalan kerajaan Sunda.
Mungkin juga yang menjadi dorongan lainnya untuk menulis segmen ini, karena dalam bunga rampai sejarah Indonesia sejarah Sund ditulis sangat singkat. Apalagi yang diajarkan di sekolah-sekolah, misalnya tiba-tiba saja disebutkan Pajajaran dikalahkan sewaktu direbutnya Sunda Kalapa oleh Fadhillah. Raja Wastu Kancana dan Sri Baduga yang jelas-jelas ada prasastinya tidak mendapat paparan yang memadai disbanding Ken Arok yang bahannya dari lontar Pararaton.
Pak Saleh berseloroh, “Jangan-jangan nanti sejarah Sunda (di Sekolah) sangat berubah, dari jaman Tarumanagara langsung ke jaman VOC. Bukan berubah mungkin, tetapi asal tertera saja oleh penulisnya yang tidak punya perhatian. Dari pada tidak sama sekali. Takut disebut tidak adil” (hal. 146).
Bab Pertama membahas arti Pakuan Pajajaran. Berbagai pendapat dari peneliti Belanda dan Indonesia disajikan terakhir ditutup dengnan hasil kajian Saleh sendiri. Dalam Bab Empat dirinci raja-raja setelah Pasunda-Bubat dan yang menarik adalah siapa raja Pajajaran yang gugur di Bubat. Ini akan menjadi mata rantai ke Bab Delapan yang membahas Siliwangi-Susuhunan Pajajaran.
Banyak orang yang menyangka raja yang gugur di Bubat adalah Siliwangi. Tetapi banyak pula yang menyangkal tak mungkin Siliwangi yang menjadi legenda Sunda adalah raja yang gugur di Bubat. Saleh berpendapat bahwa yang disebut Siliwangi adalah Sri Baduga atau Ratu Jayadewata yang menjadi Susuhunan Pajajaran tahun 1482-1521 M. Jauh setelah Peristiwa Bubat tahun 1357 M.
Bagi orang Sunda penting membaca buku ini meskipun berupa tulisan-tulisan lepas di berbagai Majalah. Memang tidak akan seperti membaca buku Sejarah Jawa Barat. Penerbit telah berusaha menghimpun dan menyusun sedemikian rupa. Terima kasih atas usaha-usaha menggali khasanan sejarah dan kebudayaan seperti ini.
Asep Suryana
Assalaamu'alaikum Wr. Wb
BalasHapusNuhun tos mampir, nya,
Kang Asep, kunaon milis cisitu_lama ayeuna "vakeum"?
Leres abdi masih siaran di MQFM unggal juma'ah jam 1600.
Wass. Wr. Wb
Sumuhun kitu Pak Haji Abu Yahya da ari tos karolot mah sibuk ngurus budak. Jumaah pk 16.00 sim kuring masih di kantor Jkt. Aya streaming-na?
BalasHapusdimana abdi tiasa milarian iyeu "Kitab"...?
Hapusdimana kuring kudu milarian iye " kitab ".... ?
BalasHapusdi mana kuring tiasa mser iyeu " kitab ".. ?
BalasHapusdi mana kuring tiasa milarian iye " kitab "..?
BalasHapusCobian ka penerbitna http://kiblatbukusunda.blogspot.com/search?q=Nyukcruk+Sajarah+Pakuan+Pajajaran+jeung+Prabu+Siliwangi
BalasHapus