Judul Buku : Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta
Penyusun :Edi S. Ekadjati
Penerbit : Pustaka Jaya, Jakarta
Tahun terbit : 2005, Januari
Tebal Buku : 307 halaman
ISBN : 979-419-329-1
Kangenes:
Sunda ngan bati nalangsa
Hinis nurih kana ati
Kangenes taya anggeusna
Gudawang sapapanjangna
Pustaka dituding palsu
Meureun pareum cahayana
Sunda
Geura nyaring tina ngimpi
Ku naon bet kajongjonan
Bisina paeh nundutan
Pesat gobang kabuyutan
Tembonggkeun jatining diri
Atas informasi dari gurunya Prof. Dr. Ng. Poerbatjaraka awal tahun 1960-an, Drs. Atja menelusuri keberadaan naskah-naskah
Siapakah Pangeran Wangsakerta? Jika dirunut dari Sunan Gunung Jati beliau adalah keturunan keenam, putra Panembahan Girilaya. Kedua kakaknya adalah Sultan Sepuh dan Sultan Anom. Nama beliau tercatat dalam perjanjian antara
Pada tahun 1677 di Keraton Kasepuhan diadakan gotrasawala semacam musyawarah atau seminar jaman sekarang ini. Tujuannya untuk menyusun sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara. Yang diundang adalah para ahli sejarah dari berbagai kerajaaan di Nusantara, bahkan ada perwakilan dari Trengganu, Malaka (
Untuk menuliskan hasil dari gotrasawala itu membutuhkan waktu 22 tahun (1677-1698) dan hasilnya sbb.:
- Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara, dibagi ke dalam 5 parwa (bagian) dan berjumlah 25 sarga (jilid),
- Pustaka Pararatwan, dibagai ke dalam 6 parwa dan berjumlah 10 jilid,
- Pusataka Nagarakretabhumi berjumlah 12 jilid.
Tebal jilid (naskah) bervariasi antara 100 sampai 250 halaman dan tiap halaman terdapat 21 sampai 23 baris ditulis dalam aksara Jawa-Cirebon di atas kertas daluang. Berbeda dengan naskah-naskah sejaman dan sebelumnya naskah-naskah ini rasional tidak bersifat legenda atau berupa mitologi. Layaknya sebuah hasil penelitian pada Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara parwa 5 sarga 5 terdapat katalog/daftar pustaka sebanyak 1703 yang pernah ada dan atau ditulis di Keraton Cirebon (hal. 17).
Buku Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta disusun dengan cermat dan berusaha menghindari pengulangan. Pemilihan makalah berjudul “Pangeran Wangsakerta Sebagai Sejarawan Abad Ke-17” oleh Drs. Saleh Danasasmita sebagai pembuka adalah tepat sekali. Makalah ini disajikan pada Seminar Kebudayaan Sunda tanggal 9-11 Maret 1989 di Lembang. Jika kita ingin mengetahui inti sari apa yang dihasilkan gotrasawala pada tahun 1677 terdapat dalam makalah ini (hal. 11-42). Jika kita belajar sejarah Jawa Barat di sekolah maka periode dimulai dengan Kerajaan Tarumanagara (abad ke-5 M) dan rajanya yang terkenal Purnawarman, tetapi dalam Naskah Wangsakerta dimulai dengan Kerajaan Salakanagara tahun 130 M dengan rajanya yang pertama Dewawarman (130-168). Selain urutan Raja-raja di Jawa Barat secara lengkap dalam makalah ini disajikan pula lampiran Daftar Raja di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sriwijaya menurut Naskah Pangeran Wangsakerta.
Bagian selanjutnya setelah makalah dari Drs. Saleh Danasasmita adalah makalah yang dikemukakan dalam Diskusi Panel Naskah Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara. Penyelengggaranya Universitas Tarumanagara di Jakarta tanggal 16 September 1988. Penyaji adalah Drs. Atja dan Dr. Ayatrohaedi, sedangkan pembahas di antaranya Drs. Boechari, Prof. Dr. R. Soekmono, Prof. Dr. R.P. Soejono, Dr. J. Noorduyn, dan Drs. Uka Tjandrasasmita. Rumusan diskusi terdapat di hal. 102, tentu saja isinya normatif dan sopan, “Sampai saat ini naskah-naskah tersebut masih belum dapat dinyatakan sebagai sumber primer untuk penulisan sejarah”. Tentu di ruang diskusi kritikan dari para ahli sangat pedas.
Setelah Diskusi Panel di Universitas Tarumanagara di beberapa media cetak timbul polemik mengenai naskah-naskah Pangeran Wangsakerta ini. Tuduhan palsu atau skandal ilmiah merebak.
Di lain pihak ada yang merasa ragu, apakah orang orang Nusantara abad ke-17 sudah mampu membuat karya tulis yang mirip metodenya dengan yang digunakan pada penelitian ilmiah sekarang ini?.. Selain itu keraguan muncul mengapa pihak Kompeni tidak mencatat pada Dagh Register mereka tentang berkumpulnya banyak orang dari berbagai negeri di
Bagi orang Jawa Barat naskah-naskah Pangeran Wangsakerta menyajikan sejarah secara lengkap, betapa tidak yang dahulunya perpindahan dari kerajaan satu ke kerajaan lainnya atau urutan raja-raja seperti terputus kini utuh. Bahkan
Pun sapun para luluhur
Panata sa-Nusantara
Kula amit seja miang
Ngotektak naluktik bukti
Mustika nu masih samar
Nya Pusataka Wangsakerta
(Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar