Judul Buku : Wisata Bumi Cekungan Bandung
Penulis : Budi Brahmantyo & T. Bachtiar
Penerbit : Truedee Pustaka Sejati, Bandung
Tahun terbit : 2009, Maret
Tebal Buku : xiv, 276 halaman
ISBN : 978-979-96257-5-5
Kesadaran masyarakat Bandung terutama generasi mudanya pada keadaan lingkungan sekitarnya semakin meningkat. Ditandai dengan tumbuh kembangnya berbagai komunitas yang memberi perhatian pada pelestarian sejarah, budaya, maupun lingkungan tempat hidup. Saat ini mereka banyak belajar dari para pakarnya, setiap akhir pekan ada yang menelusuri gedung-gedung tua, museum, dan tempat-tempat bersejarah, komunitas lainnya mempelajari lingkungan alam sekitar Bandung. Mudah-mudahan kelak ketika mereka menjadi pemangku kebijakan memperlakukan Bandung Raya lebih baik lagi.
Sudah banyak buku-buku panduan tentang Bandung dari segi sejarah, budaya, lingkungan, bahkan panduan belanja dan kuliner kota Bandung. Sebut saja misalnya Semerbak Bunga di Bandung Raya (1986) dan Jendela Bandung (2008). Pada Bulan Maret 2009 bertempat di Gedung Merdeka diluncurkan buku Wisata Bumi Cekungan Bandung. Seperti tercermin dari judul bukunya jangan harap ada panduan belanja fesyen dan kuliner di Bandung. Ini adalah sesuatu yang lain, geowisata atau wisata bumi.
Buku ini adalah panduan geowisata bentang alam di dan seputar Cekungan Bandung. Bandung di sini berarti Bandung Raya yang meliputi wilayah administratif Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat. Keterkaitan bangun alam di daerah-daerah tersebut tidak mengenal wilayah administratif, tetapi mempunyai sejarah geologi yang panjang meskipun relatif muda dibanding umur Bumi.
Dengan membaca buku ini kita dituntun membaca sejarah geologi lingkungan Bandung dari membaca bentang alam yang nampak sekarang. Buku diawali dengan pendahuluan sejarah singkat Cekungan Bandung, mengenai proses terbentuknya serta alam dan manusia yang mengisinya. Ketika buku ini saya perlihatkan kepada seorang sepuh Ua Bandung, beliau menangis setelah membaca fragmen Bujangga Manik menyusuri beberapa tempat di Jawa Barat dan perjalanan di kawasan Cekungan Bandung. Beliau katakan bahwa T. Bachtiar dan Budi Brahmantyo kasurupan Bujangga Manik. Dalam artian penghargaan kepada mereka berdua telah menulis fragmen Bujangga Manik. Rupanya Ua Bandung sedang meneliti Bujangga Manik apakah ada hubungannya dengan Prabu Limansenjaya yang dimakamkan di Cipancar-Limbangan. Bujangga Manik adalah tohaan (pangeran) dari Pakuan Pajajaran sekira akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 yang melakukan perjalanan keliling P. Jawa dan juga singgah di Bali.
Setelah Bagian Pendahuluan terdapat sembilan panduan jalur wisata bumi yang disebut Geotrek. Masing-masing dirancang untuk sehari perjalanan bolak-balik dari Kota Bandung (one day excursion), meliputi daerah dalam semua arah mata angin dengan berkendaraan dan juga berjalan kaki. Gambaran dari geotrek-geotrek tersebut:
Geotrek 1: Perjalanan di komplek Gunung Tangkuban Parahu. Gunung yang melegenda ini merupakan anak Gunung Sunda (terbangun 300.000 tahun lalu) dan cucunya G. Jayagiri atau Gunung Pra Sunda yang terbangun antara 560.000 – 500.000 tahun yang lalu. Legenda Sangkuriang erat dengan proses terjadinya G. Tangkuban Parahu, legenda ini paling tidak sudah dikenal pada akhir abad ke-15 dari lontar Bujangga Manik yang tersimpan di Inggris.
Geotrek 2: Menyusuri Patahan Lembang dari G. Batu hingga G. Bukit Tunggul dan G. Palasari.
Geotrek 3: Menyusuri Sungai Ci Kapundung dari hulu di G. Bukit Tunggul hingga bermuara di Sungai Ci Tarum.
Geotrek 4: Perjalanan di Cekungan Bandung terutamma menyusuri garis pantai bekas danau sebelah utara.
Geotrek 5: Perjalanan ke arah selatan dari Cekungan Bandung mulai dari G. Sadu (ada batu yang mempunyai gaya magnet yang kuat) hingga Situ Patengan bekas kaldera gunung api purba.
Geotrek 6: Menyusuri pegunungan kapur antara Padalarang – Rajamandala, sebelah barat dari Cekungan Bandung. Topik penting di antaranya penemuan kerangka manusia purba di Gua Pawon yang berumur 9.500 tahun.
Geotrek 7: Menyusuri daerah bekas danau Bandung sebelah barat (Danau Bandung kembar di timur dan barat terpisah oleh rangkaian gunung api tua) dan proses bobolnya tanggul di Pasir Kiara dan Puncak Larang.
Geotrek 8: Menyusuri rangkaian bekas gunung tua mulai dari Pasir Salam hingga Gunung Halu yang menjadi pematang antara kedua Danau Bandung serta proses bobolnya danau di Curug Jompong.
Geotrek 9: Perjalanan di bagian timur Cekungan Bandung mulai dari Jatinangor, Gunung Geulis, Cicalengka dan Kendan. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke arah selatan yaitu Argasari, Ci Santi (hulu S. Citarum), Perkebunan Teh Malabar, dan G. Puntang.
Sesungguhnya masih banyak trek-trek lain yang juga tak kalah menarik. Misalnya untuk Geotrek 9 terlalu panjang untuk dilakoni dalam sehari dan bisa dipecah menjadi dua untuk perjalanan di Cekungan Bandung sebelah timur (Geotrek 9) dan selatan (Geotrek 10). Di jalur timur kita tambahkan obyek sebelum Jatinangor misalnya Curug Ci Lengkrang dan Situs Batu Kuda di G. Manglayang. Kemudian di Cicalengka kita dapat mengunjungi Curug Ci Nulang.
Bagi yang terlewat mengumpulkan tulisan-tulisan dari T. Bachtiar dan Budi Brahmantyo di media cetak tentang Cekungan Bandung mungkin bisa menemukannya dalam buku ini. Memang tidak semuanya. Dengan gaya tulisan yang populer tidak sulit untuk dimengerti khalayak pembaca terutama pecinta Bandung. Buku ini dicetak dengan edili luks dan dilengkapi peta dan foto-foto berwarna menjadikan buku ini lebih hidup, warna-warni Cekungan Bandung. Saya kira dalam waktu dekat kota-kota lain akan membuat semacam buku geowisata seperti buku ini. Bandung tea atuh! Heueuh?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar