Judul: Bandung Awal Revolusi (1945-1946)
Penulis : John R.W. Smail
Penerbit: Ka Bandung
Tahun : 2011, Mei
Halaman: xxi, 208
Judul asli: Bandung in The Early Revolution, 1945-1946 (Ithaca, NY: Cornell
Modern Indonesia Project, South East Asia Program)
Buku ini memotret
suasana kebatinan, suasana sosial paska proklamasi 17 Agustus 1945. Sebagian
besar isi buku hasil penelitian lapangan terutama wawancara ketika penulisnya
tinggal di Bandung pada kurun waktu 1959-1961 atau 15 tahun setelah peristiwa.
Beberapa bagian merupakan kunjungan penulisnya selama dua minggu ke Inggris dan
Belanda, dua negara yang berhubungan pada awal revolusi.
Buku ini terdiri
dari enam bab. Dua bab pertama adalah latar belakang sejarah yaitu Bab Kesatu
melukiskan kehidupan kota Bandung pada masa kolonial Belanda serta Jepang dan
Indonesia pada umumnya. Sedangkan Bab Kedua menceritakan peristiwa di Jakarta,
Agustus 1945. Bagian inti dari Buku ini sebanyak empat bab sebagai berikut:
Bab III Agustus dan
September 1945
Bab IV Oktober dan November
1945
Bab V Desember 1945
hingga Maret 1946
Bab VI Bandung
Lautan Api
Pemilihan judul
seperti di atas bukan tanpa alasan. Tentu saja peristiwa di awal revolusi di
Bandung harus unik dan ada perbedaannya dibanding daerah lain. Contohnya Tentara
Pelajar yang dibentuk di Bandung menginduk ke pasukan resmi pemerintah, berbeda
dengan daerah lain yang mempunyai induk organisasi tersendiri. Sebagaimana
diketahui dua tahun pertama paska kemerdekaan organisasi militer masih belum
sempurna. Sampai peristiwa Bandung Lautan Api pun (maret 1946) di samping ada
TRI (Tentara Repoeblik Indonesia) ada juga badan-badan perjuangan yang
mempunyai struktur organisasi tersendiri. Keadaan seperti ini tentu saja dapat
menimbulkan friksi di antara organisasi perjuangan, seperti saling melucuti
antar laskar atau atau laskar dilucuti tentara resmi.
Sayangnya kampung
“Babakan” yang menjadi salah satu obyek penelitian terutama dilakukan wawancara
kepada para pelaku di awal revolusi tidak jelas di mana letaknya hanya
disebutkan di Bandung Selatan. Buku ini bukan buku memori, tetapi merupakan
kajian akademis oleh seorang sarjana yang menaruh perhatian pada kajian Asia.
Oleh karena itu jangan harap membaca sebuah kronik perjuangan yang ceritanya
mengalir seperti novel. Layaknya karya tulis buku ini dilengkapi catatan kaki
yang lengkap, daftar sumber, dan indeks, sehingga memudahkan untuk studi
literatur berikutnya. Pada edisi terjemahan ini foto ilustrasi ditambahkan dari
buku buku yang terbit kemudian “Album
Bandoeng Tempo Doeloe” (Sudarsono Katam & Lullus Abadi, NavPress
Indonesia).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar