Judul: Tatar Sunda
Masa Silam
Penulis: Agus Aris
Munandar
Penerbit: Wedatama
Widya Sastra
Tahun terbit : Cetakan
I, November 2010
Halaman: xi + 212; 14
x 20 cm
Yang disebut Tatar
Sunda dalam kajian buku ini adalah yang sekarang disebut Provinsi Jawa Barat
dan Banten serta bagian barat Provinsi Jawa Tengah bagian barat yang mendapat
pengaruh kebudayaan Sunda. Peninggalan sumber tertulis dan arkeologis di Tatar
Sunda tidak sebanyak di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan pada kurun waktu
abad ke-8 M hingga abad ke-11 M merupakan periode “sunyi”, tidak banyak sumber
sejarah tetapi interpretasi ahli sejarah.
Periode sejarah Tatar
Sunda dimulai dengan masa kerajaan Tarumanagara yang telah ada pada abad ke-4
M. Pada masa yang sama berdiri kerajaan Kutai kuna di Kalimantan Timur. Kedua
kerajaan bercorak India.
Berdasarkan prasasti yang ditemukan (huruf Palawa dan bahasa Sansekerta)
diketahui corak religi adalah Veda
kuna belum Hindu Trimurti. Secara otentik hanya Purnawarman satu-satunya raja
yang disebut dalam prasasti-prasati Tarumanagara. Maka dalam membahas sejarah
Sunda kuna masih banyak periode-periode kosong yang miskin peninggalan
arkeologis maupun tertulis.
Terbatasnya tinggalan
arkeologis dan sumber tertulis primer seakan “telah habis” sumber penelitian Sunda
kuna. Seperti disebutkan dalam buku ini jumlah prasasti hanya 10. Namun diharapkan buku ini menjadi acuan
penelitian lebih lanjut. Bahasan buku ini sbb.:
- Masa awal kerajaan
di Tatar Sunda: Tarumanagara
- Sketsa kehidupan
keagamaan di Tatar Sunda selatan
- Kepurbakalaan di
Tatar Sunda selatan
- Pemukiman kuna di Bogor
- Bangunan suci dalam
masa kerajaan Sunda
- Tinjauan terhadap
naskah kuna Serat Dewabuda (Serat Sewakadarma)
- Agama dan masyarakat
dalam masa kerajaan Sunda
Terlihat dalam
pokok-pokok bahasan di atas soal religi mendapat porsi yang terbesar.
Pembahasan dalam masa kerajaan Sunda kuna antara abad ke-13 dan 16 M dilakukan
komparasi dengan kerajaan sezaman yang letakanya dalam satu pulau dan
bertetangga yaitu Majapahit di Jawa Timur. Masyarakat Sunda kuna tidak ketat
dalam menjalankan ajaran Hindu-Budha, bahkan dewa-dewa Hindu atau Budha ditempatkan lebih
rendah dari pada hakikat tertinggi kepercayaan Sunda kuna yaitu Sang Hyang
Manon atau Sang Hyang Jatiniskala.
Di Tatar Sunda tidak
ditemukan bangunan suci seperti candi di Jawa Tengah atau Jawa Timur yang
mempunyai kaki, tubuh, dan atap serta dilengkapi dengan relief ajaran dan
pantheon dewata. Ini sehubungan dengan hakekat adikrodati yang tidak
divisualisasikan tapi dikonsepsikan dalam karya-karya susastra Sunda kuna.
Dalam masyarakat Sunda
kuna pengkastaan tidak ketat bahkan cenderung eglaiter. Terdapat tiga pucuk
pimpinan yaitu Prabhu, Rama, dan Rsi. Prabhu adalah raja yang menjalankan
pemerintahan formal, Rama menjaga dan menjalankan adat serta tradisi di bidang
sosial, sedangkan Rsi adalah kaum rohaniwan yang mengajarkan kebajikan
berdasarkan konsep religi pada waktu itu.
Salah satu seni lisan
yaitu pantun berkembang pesat. Meskipun tidak dianggap sebagai sumber sejarah
resmi, tetapi pantun mengandung metafora peristiwa sejarah. Oleh karenanya
penelitian terhadap pantun buhun
(pantun kuna) dengan metode tertentu harus dilakukan. Seni sastra juga
berkembang pada masa Sunda kuna, tetapi sampai sekarang masih banyak naskah
kuna yang belum diteliti secara filologi. Dengan konsep religi seperti sudah
disebutkan di atas seni relief dan arca tidak berkembang di Tatar Sunda.
Arca-arca yang ditemukan di Tatar Sunda lebih sederhana dibandingkan dengan
arca-arca yang ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Bila ditemukan peninggalan
arkeologis dan sejarah kelak bisa saja persepsi kita tentang kehidupan di Tatar
Sunda berubah. Namun sejauh yang kita teliti dari artefak dan naskah kuna yang
sudah dilakukan sampai itu pula pengetahuan kita. Buku ini sudah berusaha
menggambarkan kehidupan di Tatar Sunda ketika Nusantara memasuki periode
sejarah abad ke-4 M hingga abad ke-16. Buku setebal ini selayaknya dilengkapi
indeks untuk memudahkan pencarian. Dalam 15 tahun terakhir banyak buku yang
diterbitkan tanpa dilengkapi indeks. Memang indeks adalah pekerjaan akhir yang
apabila tidak punya cukup waktu tidak dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar